Kamis, 25 Juli 2013

Super Cerpen nurmaatuss.blogspot.com


Bahagia itu Sederhana...

Namaku Rubi Kalana, panggil saja lana, Usiaku 19 tahun.
Bapkku seorang pengusahai di kota tetangga,ibuku seorang petani,
Sekarang aku kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta di kota tempat tinggalku.
Aku terkenal ceria,cerewet dan supel.
Add caption
          Sejak kecil aku menyukai dunia seni,apa yag aku fikirkan selalu tertuang dalam sebuah puisi,cerpan maupu novel dan sebuah kerajinan tangan.
Suatu hari aku bertanya pada ibuku,kenapa beliau lebih menyukai menjadi seorang petani? Padahal seorang petani itu sering kali di pandang rendah,dan kenapa beliau tidak ikut berbaur dalam menjalankan usaha  bapak..?,
Ibu pun menjawab “Ibu dari kecil sudah terbiasa hidup seperti ini nak,penuh dengan kesederhana’an,bukankah ibu juga selalu mengajari kamu,jika kamu ingin meraih sesuatu berusahalah semampumu sendiri dan jangan bergantung pada orang lain.”
Cerita ibuku padaku..., nafasku terhelai dengan haru mendengar ibuku,baru tersadar jika ibuku seeorang perempuan yang hebat.
          Bapakku memang jarng pulang,mungkin 1minggu hanya 1hari beliau ada dirumah kami memakluminya bapak sibuk dengan pekerjaannya.
Suatu hari bapakku pulang,kami sambut dengan senyuman ceria,dilanjut dengan makan malam bersama.
Selang beberapa waktu ibuku bercerita kepadaku atas kebangkrutan bapakku dan aku hanya bisa diam,berteman angin dingin aku hanya merajut kenangan-kenangan senyuman kebahagiaan bapakku atas segala kesuksesan usahanya dulu,
Kulihat dibalik tembok bapakku tersandar dalam kesedihannya,
tetesan air mata bapakku mengantarkanku ingin memeluk bapak,namun ketika kaki ini melangkah terdengar ibu memanggilku,bergegas ku temui ibu dan ku dengarkan segelintir nasehat beliau,”sayang...inilah yang ibu maksud,hidup selamanya takkan ada di atas,roda kehidupan terus berputar,ibu selalu membekalimu dengan kesederhana’an agar sekarang maupun kelak kamu mengerti tentang kehidupan,
bukan rumah besar,mobil mewah dan harta melimpah sumber dari segala kebahagiaan,karena sesungguhnya bahagia itu sederhana,ibu bisa bertani itu bukan karena apa-apa, ibu Cuma manu megajari kamu bagaimana susahnya mencari uang”
Nasehat ibuku..
Kemudian dirangkul aku oleh jari-jari lembut bapakku dan beliau berkata,
“Benar sayang apa yang dikatakan ibumu dan bapak menangis bukan karena bapak kehilangan semua,bapak menangis terharu atas kegigihan kalian dalam bekerja keras dan tidak mau bergantung pada bapak,sejak masuk perguruan tinggi kamu sudah bisa membiayai kuliahmu sendiri dari hasil tangan-tangan mungilmu hadiah terindah dari Tuhan,bapak bangga sama kamu sayang”.
Dalam satu pelukan kami menangis terharu akan indahnya kehidupan ini,
Bahwa sesungguhnya karunia Tuhan tidak pernah berhenti mengalir untuk kita,
Asal kita mau selali berusaha dan ber do’a.
          Kini hari-hari kami lebih berwarna dengan adanya bapak yang setiap hari ada dirumah,keluarga kecil kami terasa sangat lengkap.
Sekrang bapakku menjadi seorang petani yang sukses dan aku menjadi seorang seniman yang selalu mencoba hal baru.

          Hidup ini sangat indah jika kita selalu mensyukuri apa yang ada.

CERITA PENDEK,Tak pernah mau bersyukur...

Jari-Jari mungil Ciptaan Tuhan dan inilah sumber dari kehidupan...
Pertama kali saya gabung dan menulis di Blogger.

Bersyukurlah engkau wahai manusia akan segala karunia Tuhan,sehingga kau miliki jari-jari mungil yang mengantarkan kehidupanmu dalam masa depanmu.
Add caption
Mengeluh dalam kehidupanmu itulah hal terbodoh yang seharusnya segera anda sadari,semua hanya rayuan setan yang kan membelenggu kita.
kejarlah mimpimu dengan jari-jari mungilmu,apapun yang kau punya sekarang itulah karunia dari Tuhanmu karena engkau pandai bersyukur.

Goresan tanganku tertuang dalam sebuah cerita pendek (Cerpen)
kisah seorang anak yang tak pernah mau bersyukur atas karunia Tuhannya.


"Ayah…ma’afkan aku…?"

Namaku Fitria ,panggil saja dengan panggilan Fitri...
Kini aku duduk dibangku Sekolah menengah pertama,tepatnya aku kelas VII.
Sejak kecil aku buta,aku mempunyai seorang ayah yang bernama Herman,ayahku selalu menyyangiku.ibuku meninggal dunia saat melahirkanku.
Ayahku bekerja sebagai tukang urut keliling.

Suatu hari aku bertaya kepada ayahku, “Ayah...kapan ya fitria bisa melihat indahnya dunia,bisa melihat warna seperti teman-teman fitria yang lain,kan selama ini yang fitria lihat cuman hitam dan gelap.’’
Ayahpun menjawab “Sabar ya sayang,sebentar lagi kamu akan melihat indhnya dunia.
Tersenyumlah aku mendengar ucapan ayah.

Waktu terus berjalan,haripun terus berganti,tak ku sangka-sangka akhirnya aku bisa melihat indahnya dunia,sejak itu pula aku beranih  jatuh cinta.
Ada seorang lelaki kaya raya dia mendekatiku,meski usianya jauh lebih tua dariku,tak menutup kemungkinan ku bukakan hatiku untuk dia.
aku mengenalnya ketika aku dan teman-temanku saat makan bersama.
setiap hari lelaki tersebut menelfonku.

Pada suatu malam Hp berbunyi,dengan bergegas aku mengangkatnya,ternyata dari lelaki itu,sebut aja namanya Adli,
Ku terima panggilan masuknya,lalu kita ngobrol panjang .
Ku nikmati setiap obrolan yang terjadi antara aku dan Adli,didepan teras dengan bersandar tiang yang tua,aku merasakan kenyamanan saat menerima telfon darinya.
Tiba-tiba ku dengar seorng yang berjalan dibelakangku dan memanggilku,
‘’Fitri...ayah haus nak,tolong ambilkan ayah minum’’
Akupun tak menghiraukannya dan ku lanjutkan telfonku dengan Adli.
Lalu ayahpun berkata “Fitria sayang,kalau nggak mau nggak apa-apa,ayah berangkat kerja dulu,’’ ujar ayahku dan lngsung pergi dengan tongkat kayu tuanya yang digunakan sebagai petunjuk jalan.
Hingga larut malam akupun terus mengobrol dengan Adli melalu Handpon genggamku.
Tak kusangka rasa kantukpun menyerangku hingga ku terlelap dalam tidurku dan berselimut rasa dingin diteras rumahku.tiba-taba kudengar ada yang mmemanggilku “Fitri...Ayah pulang sayang,Ketiduran ya nungguin ayah...?”
Kemudian akupun bangun dengan rasa  kantuk yang menderaku dengan bisu aku berlari menuju kamar tanpa ku mendengar sapa’an ayah.

Waktu terus berjalan,hingga akhirnya aku menikah dan mempunyai sebuah keluarga kecil bersama Adli dan dikaruniai dua anak laki-laki. Kehidupanku yang dulu sudah ku tinggalkan,kini aku hidup disebuah perumahan mewah bersama suwami dan anak-anakku.
Suatu hari anak-anakku bertanya padaku,panggil saja mereka dengan panggilan Arya dan Putra.
“Mah...Apa Arya dan Putra memiliki seorang nenek dan kakek dari mamah..?” tanya anakku dengan kepolosannya.
“Punya sayang...tapi sudah meninggal sebelum kalian lahir” jawabku dengan muka pucat.
Tiba-tiba ku dengar bel pintu rumahpun berbunyi,segera anak-anakku membuka pintu,tak lama kmudian ku dengar mereka berteriak,bergegas aku menemui anakku dan bertanya “Ada apa sayang?”
“Mama ada pengemis bermuka serem,itu mah lihat mah...Arya takut”
Dengan kaget aku melihat ayahku berdiri diepan pintu rumahku,bersandar dengan tongkat nya,akupun menyuruh anak-anakku untuk masuk kedalam rumah,lalu  kupersilahkan ayahku duduk diteras rumahku.
“Ngapain Ayah kesini...Fitri kemarin sudah kirim banyak uang buat ayah,
Ayah tau nggak apa yang terjadi jika ayah muncul disini? Anak-anakku pada takut ayah,dan fitri malu dilihat banyk tetangga kalau Fitri punya ayah yang cacat.”
Ujarku kepada ayah,tanpa berkata apa-apa ayahpun langsung pergi.

Suatu hari kami sekeluarga akan berlibur disuatu tempat,dalam perjalanan anak-anakku dan suwamiku merasa senang dan begitu pula denganku,dalam perjalanan kita saling bersahut-sahutan dalam bersenandung.tiba-tiba terdengar  suara hentakan,ternyata mobil kami menabrak sesuatu,tanpa kami suruh anak-ankku turun dari mobil dan melihat apa yang mobil kami tabrak..,selang waktu beberapa menit anak-anakku masuk kembali kedalam mobil dan brkata “papa...mobil kita menabrak seorang pengemis...mungki dia meninggal papa.,Arya takut...,”
Suwamikupun menjawab  “Biar papa lihat dulu ya sayang...”
“nggak papa kami takut papah,ayok papah kita pergi dari sini’’ rengek putraku dengan muka pucat didalam pelukanku...
Tanpa berfikir panjang swamiku pergi dari Tkp,selang beberapa jam kami sampai rumah,suwamiku bertanya padaku “mah…apa nggak sebaknya kita kembaali lagi,untuk bertanggung jawab atas apa yang kita tabrak tadi?” tanpa berfikir panjang akupun meninggalkan suwamiku dengan muka yang tidak penuh dengan kecemasan.

Beberapa bulan kemudian,saya memutuskan untuk menjenguk ayah saya didesa,setibanya saya disana ku ketuk pintu rumahku…rumah masa kecilku yang lapuk dan penuh dengan debu,lama ku ketuk tak  ada satupun sahutan terdengar dari dalam rumah,hanya seorang perempuan setengah baya menemuiku.
“mbak Fitria??...mbak cari bapak ya…” Tanya wanita itu padaku,dan akupun menjawabnya “iya…ayah kemana ya bu…dari tadi saya ketuk pintu nggak keluar-keluar?”
“bapak sudah meninggal mbak beberapa bulan yang lalu,ketabrak mobil pas bapak jalan kaki sepulang dari kota,pada waktu itu saya bertanya pada bapak,kalau bapak kekota mau menemui cucu-cucunya,bapak membeli banyak mainan mbak dari uang pijat urutnya,hampir bapak 2hari nggak pulang rumah karna mencari uang tambahan buat beli mainan cucu-cucunya” cerita ibu itu padaku,dengan rasa kaget dan menyesal aku bersandar pada pintu tua yang lapuk dengan deraian air mata yang tak kunjung henti,ternyata yang kami tabrak kemaren ayahku sendiri,kakek dari anak-anakku,bahkan anak-anakku belum pernah sekalipun bertemu dengan kakek mereka,namun ayah sudah pergi,dengan penyesalan yang tiada henti aku tersipu dan kupandangi l langit-langit teras rumahku,disinilah dulu aku dibesarkan ayahku,disinilah saksi bahwa mata yang ku punya ini adalah mata ayahku,tak pernah sedikitpun aku membalasnya,ternyata aku malah membunuhnya,sungguh durhaka aku ini,apa kelak anak-anakku akan seperti aku?mendurhakaiku?
Dalam hati hanya ada penyesalan besar,gengsiku…membuatku lupa diri,lupa pada orang tuaku,ayah maafkan aku…

Karya : Nurma Atus S